Kisah-kisah Para Nabi

Kisah Firaun: Tiran yang sombong dan nasib para penindas

Dalam kisah Al-Qur’an yang tak lekang oleh waktu, tidak ada tiran seperti Fir’aun, yang berulang kali disebut sebagai simbol ketidakadilan yang nyata, kesombongan yang membabi buta, dan tidak tahu berterima kasih atas nikmat Tuhan. Kisahnya bukan hanya sebuah kisah sejarah yang berlalu dari halaman-halaman masa lalu, tetapi sebuah pelajaran abadi yang melampaui ruang dan waktu, yang menunjukkan bagaimana kekuasaan absolut dan otoritas yang sombong dapat merusak jiwa manusia hingga mengklaim ketuhanan, dan betapa tak terelakkannya nasib para penindas, tak peduli seberapa lama kekuasaan dan tirani mereka bertahan. Ini adalah kisah perjuangan abadi antara kezaliman absolut, yang tidak mengenal batas, dan kebenaran yang diwahyukan, di mana kepalsuan tidak datang dari sela-sela tangannya atau dari belakangnya, di mana kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa dan kemampuan absolut-Nya dimanifestasikan dalam kemenangan orang-orang yang lemah dan sabar serta kehancuran orang-orang yang sombong dan tidak tahu berterima kasih.

Raja yang sombong dan perbudakan yang tidak adil: Mesir di bawah Firaun sebelum Musa

Fir’aun adalah raja Mesir, dan keangkuhan, kesombongan, dan kesombongannya telah sampai pada tahap mengklaim ketuhanan dan keilahian untuk dirinya sendiri, seperti yang dia katakan kepada rakyatnya, “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi” (QS. Al-Nazarat: 24): “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi” (Al-Naz’at: 24), dan dia berkata: “Aku tidak mengajarkan kepadamu selain diriku sendiri” (Al-Qur’an: 38). Dia memaksakan kekuasaan absolutnya atas rakyatnya dan memperbudak bangsa Israel, keturunan Nabi Yakub ‘alaihissalam, yang telah tinggal di Mesir sejak zaman Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Firaun menjadikan mereka sebagai kelompok yang rentan di negerinya, memberikan penyiksaan dan penghinaan yang paling berat kepada mereka, menggunakan mereka untuk kerja paksa dan pembangunan yang besar, membantai anak-anak laki-laki mereka yang baru lahir dan membiarkan anak-anak perempuan tetap hidup. Penganiayaan brutal ini berasal dari penglihatan yang dilihat Firaun, atau nubuat yang ia terima dari para imamnya, yang menunjukkan bahwa seorang anak yang lahir dari bangsa Israel akan menjadi penyebab kehancurannya.

Bukti-bukti dari Alquran: Al-Qur’an menggambarkan kondisinya dan kondisi rakyatnya di bawah kekuasaannya dalam Surat al-Qasas, menyoroti tirani dan korupsi yang dilakukannya:

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

(Cerita): 4).

Dalam suasana yang penuh dengan ketakutan, antisipasi dan penganiayaan yang tak tertahankan ini, hikmat dan kuasa Tuhan menetapkan bahwa seorang anak akan lahir di antara bangsa Israel, yang kelak akan menjadi musuh besar mereka dan penyebab kehancuran mereka, Musa‘alaihissalam.

Kisah kelahiran dan pengasuhan Musa di istana Firaun: Kisah kelahiran dan pengasuhan Musa di rumah Firaun

Dalam kisah kelahiran Musa, tanda pertama dari pengelolaan Tuhan yang ajaib atas nasib Firaun terlihat jelas, dan bagaimana Tuhan mengelola masalah ini dari tempat yang tidak disangka-sangka oleh manusia. Ibu Musa, di tengah-tengah ketakutan dan kebingungannya terhadap bayinya yang baru lahir dari penindasan Firaun dan tentaranya, terinspirasi oleh sebuah perintah ilahi yang besar dan sangat aneh, perintah yang melampaui semua logika manusia: Untuk meletakkan bayi laki-lakinya di dalam peti kayu kecil dan melemparkannya ke dalam Sungai Nil yang mengalir. Ini adalah tantangan yang luar biasa bagi iman dan kepercayaannya kepada Tuhannya, bagaimana mungkin ia melemparkan bayi laki-lakinya ke dalam nasib yang tidak diketahui di antara gelombang-gelombang sungai. Tetapi ia percaya pada janji Tuhannya, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, untuk mengembalikannya kepadanya dan menjadikannya sebagai salah satu Rasul.

Bukti dari Al-Quran: Wahyu ajaib yang membawa kedamaian ke dalam hati ibu yang ketakutan ini dicatat dalam Surat Taha:

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

(Taha): 38).

Dia melemparkannya ke sungai, dan saudara perempuannya, Maryam, berjalan diam-diam mengikuti jejaknya, memperhatikan nasibnya dengan cemas dan penuh harap. Dengan kuasa dan hikmat Allah, para pelayan Firaun mengangkat Musa dari sungai dan mempersembahkannya kepada Firaun dan wanita shalihahnya, Asia. Tuhan melemparkan kasih Musa ke dalam hati Asia, dan dia melihat cahaya dan kepolosan dalam diri anak itu, dan memohon kepada Firaun untuk tidak membunuhnya, tetapi mengangkatnya menjadi anak mereka, sehingga dia akan menjadi buah hatinya dan matanya.

Inilah keajaiban lain dalam rantai pemeliharaan ilahi: Bayi Musa menolak semua tempat penyusuan yang ditawarkan oleh para wanita Mesir. Saudara perempuannya menyarankan agar dia menunjukkan kepada mereka sebuah rumah tangga yang akan mensponsori dan merawatnya, dan mereka setuju. Dengan demikian, Musa dikembalikan kepada ibunya untuk dirawat dan dibesarkan di istana Firaun sendiri, di mana ia dibayar, dan janji Allah untuk mengembalikannya kepadanya dan menjadikannya salah satu dari para rasul telah terpenuhi. Musa dibesarkan di istana Firaun, dalam kemuliaan dan kebahagiaan, mempelajari seni pemerintahan dan administrasi, tetapi hatinya bersama bangsa Israel yang ditindas dan diperbudak di luar tembok istana, melihat dengan matanya sendiri ketidakadilan yang ditimpakan kepada mereka.

Peristiwa pembunuhan dan migrasi ke Madin: Kedewasaan dan Persiapan untuk Amanat Agung

Ketika Musa mencapai usia lanjut, kekuatan fisik dan mentalnya telah sempurna, dan ketika ia sedang berjalan di kota, ia menemukan dua orang pria sedang berkelahi: Yang satu adalah orang Bani Israel (bangsanya), dan yang satunya lagi adalah orang Koptik (bangsa Firaun). Orang Israel yang tertindas meminta bantuan, dan Musa menyodok orang Koptik itu dengan dorongan yang kuat, yang secara tidak sengaja membunuh orang Koptik itu. Musa menyesali perbuatannya dan menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan, sehingga ia berpaling kepada Tuhannya untuk bertobat dan memohon pengampunan.

Dalil Al-Quran: Allah berfirman melalui lidah Musa ‘alaihis salam, mengakui kesalahannya dan memohon ampunan:

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

(Surat al-Taubah): 16).

Firaun mengetahui kejadian tersebut dan ingin membunuhnya sebagai pembalasan bagi orang Koptik itu. Seorang pria dari ujung kota (dikatakan sebagai orang yang beriman dari keluarga Firaun) menasehati Musa untuk segera meninggalkan kota, karena Firaun dan rakyatnya berencana untuk membunuhnya. Musa keluar dengan ketakutan, tidak tahu ke mana harus pergi, tetapi dia bersandar pada Tuhannya dan berdoa: “Ya Tuhan, lepaskanlah aku dari orang-orang yang zalim” (Kisah: 21).

Musa melakukan perjalanan ke tanah Midian, sebuah negeri di luar wilayah kekuasaan Firaun. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, ia tiba di sebuah sumur, di mana ia menemukan para gembala yang sedang memberi minum kawanan ternak mereka dan dua orang wanita yang sedang menggembalakan domba-domba mereka. Musa pergi dan memberi minum mereka, lalu pergi ke tempat teduh dan berdoa kepada Tuhannya. Ayah mereka, Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, mengetahui kekuatan dan kejujuran Musa, lalu ia mengundangnya dan menikahkannya dengan salah satu putrinya, dan Musa tinggal selama sepuluh tahun, di mana ia memenuhi maharnya, di lingkungan yang tenang jauh dari penindasan Fir’aun, belajar mengembala kambing, menjadi dewasa, dan mempersiapkan diri untuk membawa risalah agung dan menghadapi tirani.

Wahyu dan nubuat: Perkataan Allah dan mukjizat-mukjizat yang tidak dapat dipercaya

Setelah Musa menyelesaikan periode yang telah disepakati, ia bersama bangsanya kembali ke Mesir. Dalam perjalanan pulang, pada suatu malam yang dingin dan gelap, dekat dengan Gunung Tor,dia melihat api di kejauhan. Dia pergi untuk menyelidiki masalah tersebut, dan terjadilah pertemuan besar dan instruksi ilahi secara langsung yang tidak pernah diterima oleh nabi lainnya. Tuhannya memanggilnya dari sisi kanan Al-Tur di tempat yang diberkati dari pohon tersebut.

Bukti dari Al-Quran: Al-Qur’an menggambarkan pertemuan agung yang menandai awal kenabian Musa ini dalam Surat Thaha dan Al-Qasas:

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِن شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30) وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ (31) اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِن غَيْرِ سُوءٍ ۖ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ ۖ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (32)

(Surat al-Taubah): 30-32).

Dalam pertemuan yang luar biasa ini, Tuhan memberikan dua mukjizat besar kepadanya sebagai bukti kenabiannya di hadapan Firaun: Tongkatnya yang berubah menjadi ular berbisa (ular besar), dantangannya yang berubah menjadi putih tanpa efek buruk (bersinar dengan cahaya). Dia memerintahkan Musa untuk pergi kepada Firaun untuk memanggilnya kepada tauhid Allah dan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Musa merasa terintimidasi oleh besarnya tugas tersebut, dan meminta Tuhannya untuk mengutus saudaranya Harun bersamanya, karena dia lebih pandai berbicara dan mampu menjelaskan, maka Tuhan mengabulkan doanya dan menjadikan Harun sebagai nabi dan pelayannya, untuk menguatkan kekuatannya.

Konfrontasi besar dengan Firaun: Mukjizat dan sikap keras kepala yang tak berkesudahan

Musa dan Harun, damai sejahtera menyertai mereka, kembali ke Mesir, menghadap Firaun, menyampaikan seruan tauhid yang murni, dan memintanya untuk mengutus bangsa Israel bersama mereka. Namun Firaun menjadi sombong dan keras kepala, dan meningkatkan kezalimannya, menuduh mereka melakukan sihir, dan mengumpulkan para penyihir yang paling terampil di Mesir untuk menghadapi mereka pada hari raya besar, Hari Perhiasan, di depan kerumunan orang banyak, untuk menunjukkan kekuatannya dan mengalahkan Musa di depan semua orang.

Pada Hari Perhiasan, Musa bertemu dengan para pesulap Firaun. Para pesulap melemparkan tali dan tongkat mereka dan mereka berubah menjadi makhluk hidup dengan ilusi optik yang luar biasa yang memukau para penonton. Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, dan tongkat tersebut berubah menjadi ular besar yang nyata, melahap semua tali dan tongkat yang dilemparkan oleh para pesulap. Di depan keajaiban luar biasa yang melampaui batas-batas sihir manusia ini, para penyihir menyadari bahwa ini bukanlah sihir, tetapi sebuah kebenaran dari Tuhan dan kekuatan ilahi, dan mereka bersujud, percaya kepada Tuhan Musa dan Harun.

Bukti-bukti dari Alquran: Al-Qur’an menggambarkan keimanan para penyihir dan perubahan hati mereka dalam Surat Taha:

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَىٰ

(Surat Taha): 70).

Firaun sangat marah dengan iman para penyihirnya, dan menghukum mereka dengan kejam, memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalibkan mereka, tetapi mereka tetap teguh dalam iman mereka dan menghadapi kematian dengan pasti. Allah kemudian mengirimkan serangkaian tanda (mukjizat) kepada Firaun dan kaumnya sebagai bukti nyata ketulusan Musa dan sebagai hukuman atas ketidakpercayaan dan sikap keras kepala mereka, agar mereka kembali. Setiap kali bencana menimpa mereka, mereka memohon kepada Musa untuk mengangkatnya dari mereka, berjanji untuk percaya dan mengirim orang Israel, tetapi ketika Tuhan mengungkapkannya, mereka mengingkari perjanjian mereka dan menjadi sombong lagi.

Bukti dari Al-Quran: Al-Qur’an menyebutkan ayat-ayat ini dalam Surat Al-A’raf (dimulai dengan ayat 130) dan secara rinci dalam surat-surat lainnya:

  1. Banjir: Hujan lebat dan banjir menggenangi tanah dan rumah mereka, menghancurkan tanaman mereka.
  2. Belalang: Kawanan belalang yang sangat besar memakan sisa-sisa hasil panen mereka dan merusak yang lainnya.
  3. Kutu: Kutu menyerang tubuh dan rumah mereka, menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa gatal.
  4. Katak: Katak membanjiri di mana-mana, rumah mereka, tempat tidur mereka, tempat makan mereka, tempat minum mereka.
  5. Darah: Air sungai Nil dan semua air minum berubah menjadi darah, dan mereka tidak dapat menemukan air yang dapat diminum.
  6. Kekurangan buah-buahan: Hasil panen mereka sangat kurang.
  7. Bertahun-tahun: Kelaparan dan kekeringan yang melanda negara tersebut.
  8. Tangan dan tongkat: Dua mukjizat asli yang dibawa Musa.
  9. Pisahkan orang-orang: (atau tongkat dan tangan putih)

Tetapi hati Firaun dan rakyatnya telah mengeras, dan mereka semakin sombong dan keras kepala, sampai mereka mencapai titik tanpa harapan.

Pengejaran bangsa Israel: Puncak dari tirani dan malapetaka yang tak terelakkan

Setelah semua tanda ini, dan setelah Musa putus asa dengan iman Firaun dan bangsanya, dan setelah dia kehabisan segala cara untuk mengajak dan memperingatkan, Tuhan mengilhami dia untuk membawa bangsa Israel pada malam hari dari Mesir. Musa mematuhi perintah Tuhannya, dan bangsa Israel, yang diperkirakan berjumlah ratusan ribu orang, berangkat menuju Laut Merah, meninggalkan perbudakan selama bertahun-tahun.

Firaun mengetahui kepergian mereka, menjadi sangat marah, merasa bahwa kerajaannya akan runtuh, mengerahkan pasukannya yang besar dengan semua kavaleri dan peralatannya, dan mengejar mereka dengan kemarahan dan kebencian yang tak tertandingi, bertekad untuk memusnahkan mereka dan meremukkan mereka sampai rata dengan tanah. Firaun dan tentaranya menyusul Musa dan bangsa Israel di tepi Laut Merah. Bangsa Israel berada dalam situasi yang tidak dapat dihindari: Laut di depan mereka dengan ombaknya yang besar, dan tentara Firaun yang besar di belakang mereka, berbaris ke arah mereka. Keputusasaan dan ketakutan mencengkeram hati orang Israel, dan mereka berkata kepada Musa: “Kita sudah ditakdirkan!” (yaitu, Firaun pasti akan menangkap dan membinasakan kita).

Tetapi Musa ‘alaihissalam adalah contoh ketabahan dan keyakinan mutlak akan kemenangan Allah. Imannya tidak goyah sedikit pun, dan ia menjawab mereka dengan hati yang tenang dan penuh keyakinan, karena ia tahu bahwa Allah menyertainya dan tidak akan mengecewakannya:

Bukti dari Al-Quran: Firman Allah dalam Surat al-Syu’araa, yang menekankan pemeliharaan Allah:

قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

(Penyair): 62).

Pada saat yang genting itu, perintah Tuhan yang ajaib datang kepada Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya.

Bukti dari Al-Quran: Al-Qur’an menggambarkan mukjizat ajaib ini, yang hanya dapat dipercayai oleh kuasa Allah, dalam Surat al-Syu’araa:

فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِب بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (63) وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ (64) وَأَنجَيْنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُ أَجْمَعِينَ (65) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ (66)

(Penyair): 63-66).

Laut Teberau terbelah oleh kuasa Allah, dan sebuah jalan kering muncul di antara dua gunung besar yang terakumulasi air. Musa dan bangsa Israel menyeberanginya dengan damai dan aman. Ketika Firaun dan tentaranya mengikuti mereka, mereka memasuki jalan kering itu, dan pada saat yang terakhir dari mereka masuk, lautan menutup mereka atas perintah Tuhan, dan mereka semua tenggelam, dan tidak ada yang selamat, sehingga kebinasaan mereka menjadi contoh bagi dunia. Firaun dilemparkan ke pantai untuk dilihat orang, dan Tuhan memelihara tubuhnya untuk tetap menjadi tanda bagi mereka yang datang setelahnya, sebuah bukti dari nasib orang-orang yang menindas dan sombong.

Bukti dari Al-Quran: Firman Allah SWT dalam Surat Yunus:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

(Yunus): 92).

[Anda dapat membaca lebih lanjut tentang kisah Nabi Musa dan mukjizatnya dalam artikel kami di islamly.net: Kisah Musa ‘alaihis salam: Konfrontasi Besar, Mukjizat Bertahan Hidup, dan Membebaskan Bangsa Israel dari Ketidakadilan ]

(Untuk melihat mumi Firaun yang diawetkan di Museum Mesir sebagai bukti sejarah dari kisah ini, Anda dapat mengunjungi tautan ini: Mumi Firaun Ramses II)

Kemenangan Tuhan membebaskan Musa dan bangsa Israel dari perbudakan dan penganiayaan selama berabad-abad, dan mereka memulai kehidupan baru yang bebas dan menyembah Tuhan saja, setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan turun tangan untuk menegakkan kebenaran.

Epilog: Pelajaran abadi tentang nasib para penindas dan kebesaran kuasa Allah

Kisah Firaun dan Musa ‘alaihissalam adalah salah satu kisah terkaya dalam Al Qur’an yang penuh dengan pelajaran dan hikmah yang tak ada habisnya:

  • Nasib ketidakadilan dan tirani: Kisah Firaun adalah peringatan yang terus menerus diberikan kepada setiap orang yang sombong dan tirani yang menindas orang lain dan mendominasi bumi, bahwa akhir dari ketidakadilan itu mengerikan dan menyakitkan, bahwa Tuhan itu panjang sabar, dan bahwa keadilan ilahi pasti akan digenapi.
  • Kepastian mutlak akan kemenangan Allah: Bahkan dalam keadaan yang paling gelap dan paling menyedihkan, ketika lautan ada di depan Anda dan musuh ada di belakang Anda, kepastian bahwa Allah bersama Anda adalah kunci kelegaan dan kelangsungan hidup, dan tawakkul yang tulus membuka pintu-pintu yang mustahil.
  • Kebesaran pemeliharaan Tuhan: Bagaimana Tuhan mengatur segala sesuatu dari tempat yang tidak disangka-sangka oleh manusia, membangkitkan musuh si penindas di dalam rumahnya sendiri, dan menghancurkannya melalui penyebab yang paling lemah (air yang dibanggakan dan dikuasainya).
  • Pentingnya kegigihan dalam menghadapi kepalsuan: Kisah Musa menyoroti pentingnya para nabi dan pengkhotbah berdiri teguh di atas kebenaran, tidak takut akan penindasan para penindas, dan bahwa kemenangan adalah milik orang-orang percaya yang sabar dan percaya pada janji Allah.
  • Mukjizat-mukjizat Allah: Indikasi keesaan dan kuasa-Nya: Mukjizat-mukjizat ajaib yang Allah berikan kepada Musa merupakan bukti nyata akan keesaan Allah, kemampuan-Nya yang mutlak untuk mengubah hukum-hukum kosmik demi melindungi hamba-hamba-Nya dan menegakkan kebenaran, dan bahwa setiap kekuatan di alam semesta tunduk pada perintah-Nya.
  • Sukacita setelah kesulitan: Keseluruhan kisah ini merupakan rangkaian kesulitan yang diikuti dengan sukacita, untuk mengajarkan kepada bangsa ini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan, bahwa kemenangan akan datang setelah kesabaran, dan bahwa akhir dari setiap kesulitan adalah berkat ilahi.

Kisah Firaun adalah kesaksian yang terus menerus tentang fakta bahwa tidak ada pemenang kecuali Allah, bahwa hasil akhir adalah untuk orang-orang yang bertakwa, dan bahwa Allah tidak mengecewakan hamba-hamba-Nya yang beriman, melainkan membebaskan mereka, memberi mereka kemenangan dan pemberdayaan, dan menghancurkan musuh-musuh mereka, menjadikan mereka teladan bagi generasi yang akan datang.

Ringkasan Audio

Apakah pelajaran terpenting yang dapat diambil dari kisah Firaun dan nasibnya setelah membacanya secara mendetail?

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button